Minggu, 15 Desember 2013

STRUKTUR PEMBUATAN JEMBATAN



TATA CARA PEMBUATAN JEMBATAN

Jembatan adalah sebuah struktur yang sengaja dibangun untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api maupun jalan raya. Jembatan dibangun agar para pejalan kaki, pengemudi kendaraan atau kereta api dapat melintasi halangan-halangan tersebut. Namun ternyata ada banyak jenis jembatan yang tentunya berbeda-beda baik dari segi struktur maupun kekuatan sampai biaya pembangunannya. Berikut jenis-jenis struktur jembatan yang berhasil dihimpun.

Jembatan Alang (Beam Bridge)

Jembatan alang adalah struktur jembatan yang sangat sederhana dimana jembatan hanya berupa balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang pada kedua pangkalnya. Asal usul struktur jembatan alang berawal dari jembatan balok kayu sederhana yang di pakai untuk menyeberangi sungai. Di zaman modern, jembatan alang terbuat dari balok baja yang lebih kokoh. Panjang sebuah balok pada jembatan alang biasanya tidak melebihi 250 kaki (76 m). Karena, semakin panjang balok jembatan, maka akan semakin lemah kekuatan dari jembatan ini. Oleh karena itu, struktur jembatan ini sudah jarang digunakan sekarang kecuali untuk jarak yang dekat saja. Jembatan alang terpanjang di dunia saat ini adalah jembatan alang yang terletak di Danau Pontchartrain Causeway di selatan Louisiana, Amerika Serikat. Jembatan ini memiliki panjang 23,83 mil (38,35 km), dan lebar 56 kaki (17 m).

Jembatan Penyangga (Cantilever Bridge)


Berbeda dengan jembatan alang, struktur jembatan penyangga berupa balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang hanya pada salah satu pangkalnya. Pembangunan jembatan penyangga membutuhkan lebih banyak bahan dibanding jembatan alang. Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan jembatan apabila keadaan tidak memungkinkan untuk menahan beban jembatan dari bawah sewaktu proses pembuatan. Jembatan jenis ini agak keras dan tidak mudah bergoyang, oleh karena itu struktur jembatan penyangga biasanya digunakan untuk memuat jembatan rel kereta api. Jembatan penyangga terbesar di dunia saat ini adalah jembatan penyangga Quebec Bridge di Quebec, Kanada. Jembatan ini memiliki panjang 549 meter (1.801 kaki).

Jembatan Lengkung (Arch Bridge)

Jembatan lengkung memiliki dinding tumpuan pada setiap ujungnya. Jembatan lengkung yang paling awal diketahui dibangun oleh masyarakat Yunani, contohnya adalah Jembatan Arkadiko. Beban dari jembatan akan mendorong dinding tumpuan pada kedua sisinya. Dubai, Uni Emirat Arab saat ini sedang membangun Sheikh Rashid bin Saeed Crossing. Jembatan ini dijadwalkan akan selesai pada tahun 2012. Jika proses pembangunan telah selesai, jembatan ini akan menjadi jembatan lengkung terpanjang di dunia.

Jembatan Gantung (Suspension Bridge)

Dahulu, jembatan gantung yang paling awal digantungkan dengan menggunakan tali atau dengan potongan bambu. Jembatan gantung modern digantungkan dengan menggunakan kabel baja. Pada jembatan gantung modern, kabel menggantung dari menara jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk peti terbalik yang digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam (ruangan di air yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). Caisson atau cofferdam akan ditanamkan jauh ke dalam lantai danau atau sungai. Jembatan gantung terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Akashi Kaikyo di Jepang. Jembatan ini memiliki panjang 12.826 kaki (3.909 m) .

Jembatan Kabel-Penahan (Cable-Stayed Bridge)

Seperti jembatan gantung, jembatan kabel-penahan ditahan dengan menggunakan kabel. Namun, yang membedakan jembatan kabel-penahan dengan jembatan gantung adalah bahwa pada sebuah jembatan kabel-penahan jumlah kabel yang dibutuhkan lebih sedikit dan menara jembatan menahan kabel yang lebih pendek. Jembatan kabel-penahan yang pertama dirancang pada tahun 1784 oleh CT Loescher. Jembatan kabel-penahan terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Sutong yang melintas di atas Sungai Yangtze di China.

Jembatan Kerangka (Truss Bridge)

Jembatan kerangka adalah salah satu jenis tertua dari struktur jembatan modern. Jembatan kerangka dibuat dengan menyusun tiang-tiang jembatan membentuk kisi-kisi agar setiap tiang hanya menampung sebagian berat struktur jembatan tersebut. Kelebihan sebuah jembatan kerangka dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya adalah biaya pembuatannya yang lebih ekonomis karena penggunaan bahan yang lebih efisien. Selain itu, jembatan kerangka dapat menahan beban yang lebih berat untuk jarak yang lebih jauh dengan menggunakan elemen yang lebih pendek daripada jambatan alang.

2. DEFENISI JEMBATAN RANGKA BAJA

Sebuah jembatan truss adalah jembatan yang beban suprastruktur terdiri dari truss. Truss ini adalah struktur elemen terhubung membentuk unit segitiga. Unsur-unsur yang terhubung (biasanya lurus) dapat ditekankan dari ketegangan, kompresi, atau kadang-kadang baik dalam respons terhadap beban dinamis. Jembatan truss adalah salah satu jenis tertua dari jembatan modern. Jenis dasar jembatan truss ditunjukkan dalam artikel ini memiliki desain sederhana yang dapat dengan mudah dianalisis oleh para insinyur abad kedua puluh kesembilan belas dan awal. Sebuah jembatan truss ekonomis untuk membangun karena penggunaan yang efisien bahan.

Sifat truss memungkinkan analisis struktur menggunakan beberapa asumsi dan penerapan hukum Newton tentang gerak sesuai dengan cabang fisika yang dikenal sebagai statika. Untuk keperluan analisis, gulungan diasumsikan pin bersendi dimana komponen lurus bertemu. Asumsi ini berarti bahwa anggota truss (chords, vertikal dan diagonal) akan bertindak hanya dalam ketegangan atau kompresi. Sebuah analisis lebih kompleks diperlukan di mana sendi kaku memaksakan beban lentur signifikan terhadap unsur-unsur, seperti dalam truss Vierendeel.

Di jembatan diilustrasikan dalam kotak info di bagian atas, anggota vertikal dalam ketegangan, anggota yang lebih rendah horisontal dalam ketegangan, geser, dan lentur, anggota luar diagonal dan atas adalah dalam kompresi, sedangkan diagonal batin dalam ketegangan. Para anggota vertikal pusat menstabilkan anggota kompresi atas, mencegah dari tekuk. Jika anggota atas adalah cukup kaku maka elemen vertikal ini dapat dihilangkan. Jika akord yang lebih rendah (anggota horizontal truss) cukup tahan terhadap lentur dan geser, elemen vertikal luar dapat dihilangkan, tetapi dengan kekuatan tambahan ditambahkan ke anggota lain sebagai kompensasi.


Kemampuan untuk mendistribusikan kekuatan dalam berbagai cara telah menyebabkan berbagai macam jenis truss jembatan. Beberapa jenis mungkin lebih menguntungkan bila kayu digunakan untuk elemen kompresi sementara jenis lain mungkin lebih mudah untuk mendirikan dalam kondisi situs tertentu, atau ketika keseimbangan antara tenaga kerja, mesin dan biaya bahan memiliki proporsi yang menguntungkan tertentu.
Dimasukkannya unsur yang ditunjukkan sebagian besar keputusan rekayasa berdasarkan ekonomi, menjadi keseimbangan antara biaya bahan baku, fabrikasi off-site, transportasi komponen, di tempat ereksi, ketersediaan mesin dan biaya tenaga kerja.

Dalam kasus lain penampilan struktur dapat mengambil kepentingan yang lebih besar sehingga mempengaruhi keputusan desain lebih dari sekedar masalah ekonomi. Bahan modern seperti metode beton pratekan dan fabrikasi, seperti pengelasan otomatis, dan perubahan harga baja relatif terhadap tenaga kerja secara signifikan mempengaruhi desain jembatan modern.



3 PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA
.  
 beberapa aspek penunjang yang mempengaruhi tahap-tahap perencanaannya, diantara aspek-aspek tersebut antara lain:
1. Aspek topografi
2. Aspek lalu lintas
3. Aspek Hidrologi
4. Aspek Geoteknik
5. Aspek pemilihan tipe jembatan
6. Aspek Struktural
7. Aspek Perencanaan Bangunan Atas
8. Aspek Perencanaan Bangunan Bawah
9. Aspek pendukung
II.2. Aspek Topografi
Topografi dapat diartikan sebagai ketinggian suatu tempat yang dihitung dari
permukaan air laut sehingga dapat diketahui elevasi tanah aslinya. Supaya mendapatkan biaya
pembangunan yang ekonomis maka perlu suatu standar yang disesuaikan dengan keadaan
topografi bangunan tersebut.
Macam-macam jenis medan dibagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan
manurut besarnya lereng melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan raya.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 2
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang menurut ”Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya” No.13/ 1970 adalah sebagai berikut :
Tabel II.1 Klasifikasi Medan
NO KLASIFIKASI MEDAN LERENG MELINTANG (%)
1 Datar (D) 0 – 9,9
2 Perbukitan (B) 10 – 24,9
3 Pegunungan (G) > 25,0
Sumber : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/ 1970
II.3. Aspek lalu lintas
Dalam perencanaan jembatan, lebar jembatan sangat dipengaruhi oleh arus lalu lintas
yang melintasi jembatan tersebut. Biasanya diukur dengan interval waktu yang
diperhitungkan terhadap Lalu lintas Harian Rata-rata/ LHR maupun dalam satuan mobil
penumpang / smp (Passenger Car Unit / PCU). Dalam penentuan LHR / volume yang lewat
jembatan kali Krasak diambil beberapa analisa, antara lain dari data lalu lintas jalan yang
lewat jembatan tersebut.
II.3.1. Volume Lalu Lintas (Q)
Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melewati satu titik tertentu
dari suatu segmen jalan selama waktu tertentu. Dinyatakan dalam satuan kendaraan atau
satuan mobil penumpang (smp). Sedangkan volume lalu lintas rencana (VLHR) adalah
perkiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dan dinyatakan
dalam smp/hari. Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan
penentuan jumlah dan lebar lajur adalah :
a. Lalu Lintas Harian Rata-rata
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari.
Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis lalu lintas harian rata-rata
yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian rata-rata
(LHR). LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu
jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dan diperoleh dari data selama satu tahun
penuh.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 3
LHRT = ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
hari
Jumlah lalu l as dalam satu tahun
365
int
Pada umumnya lalu lintas jalan raya terdiri dari campuran kendaraan berat dan
kendaraan ringan, cepat atau lambat, motor atau tak bermotor, maka dalam
hubungannya dengan kapasitas jalan (jumlah kendaraan maksimum yang melewati
1 titik/1 tempat dalam satuan waktu) mengakibatkan adanya pengaruh dari
setiap jenis kendaraan tersebut terhadap keseluruhan arus lalu lintas. Pengaruh ini
diperhitungkan dengan mengekivalenkan terhadap kendaraan standart.
b. Volume Jam Rencana
Volume jam perencanaan (VJP) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam
sibuk rencana lalu lintas dan dinyatakan dalam smp/jam. Arus rencana bervariasi
dari jam ke jam berikut dalam satu hari, oleh karena itu akan sesuai jika volume
lalu lintas dalam satu jam dipergunakan. Volume satu jam yang dapat digunakan
sebagai VJP haruslah sedemikian rupa sehingga:
• Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus
lalu lintas setiap jam untuk periode satu tahun.
• Apabila terdapat volume lalu lintas per jam yang melebihi VJP, maka
kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang terlalu besar.
• Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar, sehingga
akan menyebabkan jalan menjadi lenggang.
VJP dapat di hitung dengan rumus :
VJP = LHRT x k x PHF
Dimana :
LHRT = Lalu lintas harian rata-rata tahunan (kend/hari)
Faktor K = Faktor konversi dari LHRT menjadi arus lalu lintas jam puncak
PHF = Peak Hour Factor (perbandingan antara arus lalu lintas jam
puncak dengan 4 kali volume 15 menitan tertinggi arus lalu
lintas pada jam yang sama)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 4
PHF = ⎟
⎜ ⎜
⎛ Σ
x Vol tertinggi
Vol jam tertinggi
15 menit 4
1
Tabel II.2 Penentuan Faktor K
Lingkungan Jalan
Jumlah Penduduk Kota
> 1 Juta ≤ 1 Juta
Jalan didaerah komersial dan jalan arteri 0,07 – 0,08 0,08 – 0,10
Jalan di daerah pemukiman 0,08 – 0,09 0,09 – 0,12
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
1997
II.3.2 Pertumbuhan Lalu Lintas
Perkiraan pertumbuhan lalu lintas dengan menggunakan metode “Regresi Linier”
merupakan metode penyelidikan terhadap suatu data statistik dalam hal ini didasarkan
pada metode nol bebas. Adapun rumus persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Y’ = a + b X
dimana:
Y’ = subyek dalam variable dependen yang diprediksikan (LHR)
a dan b = konstanta awal energi
X = waktu (tahun)
Perkiraan (forecasting) lalu lintas harian rata-rata yang ditinjau dalam waktu 5, 10, 15,
atau 20 tahun mendatang. Setelah waktu peninjauan berlalu, maka pertumbuhan lalu
lintas ditinjau kembali untuk mendapatkan pertumbuhan lalu lintas yang akan datang.
Perkiraan perhitungan pertumbuhan lalu lintas ini digunakan sebagai dasar untuk
menghitung perencanaan kelas jembatan yang ada pada jalan tersebut.
Persamaan :
Y’ = a + b X
a = 2 2
2
n Xi ( Xi)
Yi Xi Xi XiYi
Σ − Σ
Σ ∗Σ − Σ ∗Σ
b = n Xi 2 ( Xi)2
n XiYi Xi Yi
Σ − Σ
Σ − Σ ∗ Σ
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 5
LHR akhir dapat dihitung dengan rumus :
LHRn = LHRo * (1+i)ⁿ
Dimana :
LHRn = Besarnya arus lalu lintas pada tahun rencana (pada tahun ke-n)
LHRo = Besarnya arus lalu lintas pada awal perencanaan
i = Faktor pertumbuhan lalu lintas
n = Umur rencana
II.3.3 Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan dapat didefinisikan sebagai tingkat arus maksimum dimana
kendaraan dapat diharapkan untuk melalui suatu potongan jalan pada waktu tertentu
untuk kondisi lajur/jalan, lalu lintas, pengendalian lalu lintas dan cuaca yang berlaku
(Tamin, 1997). Oleh karena itu, kapasitas tidak dapat dihitung dengan formula yang
sederhana. Yang penting dalam penilaian kapasitas adalah pemahaman akan kondisi
yang berlaku.
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan perkotaan berdasarkan MKJI,
1997 adalah sebagai berikut :
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Dimana :
C = kapasitas (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCSP = faktor penyesuaian pemisah arah
FCSF = faktor penyesuaian hambatan samping
a. Kapasitas Dasar
Kapasitas dasar didefinisikan sebagai volume maksimum perjam yang dapat
melewati suatu potongan lajur jalan (untuk jalan multi jalur) atau suatu potongan
jalan (untuk jalan dua lajur) pada kondisi jalan dan arus lalu lintas ideal.
Kapasitas jalan tergantung kepada tipe jalan, jumlah lajur dan apakah jalan
dipisahkan dengan pemisah fisik atau tidak, seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel II.3. berikut ini :
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 6
Tabel II.3 Kapasitas Dasar Jalan Luar Kota ( 2/2 UD )
Tipe jalan /
Tipe Alinyemen
Kapasitas dasar (Co)
(smp/jam)
Datar 3100
Bukit 3000
Gunung 2900
Sumber: MKJI, 1997
b. Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas adalah seperti pada tabel II.4 berikut ini.
Tabel II.4 Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas
Untuk Jalan Luar Kota (FCW)
Tipe jalan
Lebar lalu lintas efektif (WC)
(m)
FCW
Empat lajur
terbagi atau
Enam lajur
terbagi
Per lajur
3.00
3.25
3.50
3.75
0.91
0.96
1.00
1.03
Empat lajur
tak terbagi
Per lajur
3.00
3.25
3.50
3.75
0.91
0.96
1.00
1.03
Dua lajur tak
terbagi
Total dua arah
5
6
7
8
9
10
11
0.69
0.91
1.00
1.08
1.15
1.21
1.27
Sumber MKJI, 1997
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 7
c. Faktor penyesuaian pemisah arah
Besarnya faktor penyesuaian untuk jalan tanpa menggunakan pemisah
tergantung pada besarnya Split kedua arah sebagai berikut :
Tabel II.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisah Arah (FCSP)
Pemisah arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP
Dua lajur 2/2 1.00 0.97 0.94 0.91 0.88
Empat lajur 4/2 1.00 0.975 0.95 0.925 0.90
Sumber MKJI, 1997
d. Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu
Tabel II.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping
Berdasarkan Lebar Bahu untuk Jalan Luar Kota (FCSF)
Tipe
jalan
Kelas
hambatan
samping
Faktor penyesuaian untuk hambatan
samping dan lebar bahu
(FCSF)
Lebar bahu efektif Ws
< 0.5 1.0 1.5 > 2.0
4/2 D
VL
L
M
H
VH
0.99
0.96
0.93
0.90
0.88
1.00
0.97
0.95
0.92
0.90
1.01
0.99
0.96
0.95
0.93
1.03
1.01
0.99
0.97
0.96
2/2
UD
4/2
UD
VL
L
M
H
VH
0.97
0.93
0.88
0.84
0.80
0.99
0.95
0.91
0.87
0.83
1.00
0.97
0.94
0.91
0.88
1.02
1.00
0.98
0.95
0.93
Sumber MKJI, 1997
II.3.4 Kinerja Lalu Lintas
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai arus (Q) terhadap kapasitas (C), yang
digunakan sebagai faktor utama untuk menentukan tingkat kinerja dan segmen jalan
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 8
(MKJI, 1997). Nilai DS menentukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah
kapasitas atau tidak.
DS = Q/C
Bila derajat kejenuhan ( DS ) yang didapat < 0,75 maka jalan tersebut masih memenuhi
( Layak ), dan bila derajat kejenuhan ( DS ) yang didapat > 0,75 maka harus dilakukan
pelebaran.
II.4 Aspek Hidrologi
Perhitungan keseluruhan analisa hidrologi dapat didasarkan pada masukan data
curah hujan yang jatuh di DAS yang berpengaruh terhadap lokasi studi, disamping hal
tersebut tentu saja beberapa kondisi lain yang dapat mempengaruhi aliran permukaan.
Data hidrologi diperlukan untuk mencari nilai debit banjir rencana yang kemudian
digunakan untuk mencari clearence jembatan dari muka air tertinggi, serta dapat pula
digunakan dalam penentuan bentang ekonomis jembatan.
II.4.1 Curah Hujan
Dari data curah hujan yang didapat, dihitung curah hujan rencana dengan
distribusi Gumbell, distribusi Log Pearson III, dan berdasar distribusi Normal.
Setelah itu kita uji keselarasan dari hasil ketiga distribusi di atas dengan metode
Plotting Probability serta Uji Chi kuadrat Distribusi Normal. Setelah pengujian
itu kita bisa mengetahui manakah dari ketiga distribusi curah hujan rencana yang
akan digunakan untuk langkah selanjutnya yaitu analisa debit banjir.
Untuk mencari besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu digunakan
rumus Gumbel :
XTr = X + (Kr x Sx)
Dimana :
XTr = besar curah hujan untuk periode ulang tertentu (mm)
X = curah hujan maksimum rata-rata tahun pengamatan (mm)
Kr = 0,78
⎭ ⎬ ⎫
⎩ ⎨ ⎧⎟⎠
⎜⎝
− ⎛ −
Tr
ln 1 1 - 0,45 ; dengan Tr adalah periode ulang (tahun)
Sx = standar deviasi
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 9
III.4.2 Debit Banjir Rencana
Perhitungan banjir rencana akan menggunakan formula Rational Mononobe:
Kecepatan aliran (V) = 72.
0,6
⎥⎦
⎢⎣
L
H ....................(km/jam)
Waktu konsentrasi (Tc) =
V
L .............................(jam)
Intensitas hujan (I) =
24
R x
0,67 24
⎥⎦
⎢⎣
C T
...................(mm/jam)
Debit banjir (QTr) = 0,278 (C x I x A) ...............(m3/dt)
Dimana:
H = beda tinggi antara titik terjauh DPS dan titik peninjauan (m)
L = panjang sungai (km)
R = curah hujan (mm)
A = luas daerah pengaliran sungai (km2)
C = koefisien run off ( 0,4 – 0,6 )
Berikut ini ditulis berbagai koefesien limpasan (f) oleh Dr. Mononobe.
Tabel II.7 Koefisien Limpasan Berdasarkan Kondisi
Daerah Pengaliran dan Sungai
Kondisi Daerah Pengaliran dan Sungai Harga dari f
Daerah pegunungan yang curam 0,75 - 0,9
Daerah pegunungan tersier 0,70 - 0,80
Tanah bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
Tanah dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
Persawahan yang diairi 0,70 - 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai kecil di dataran 0,45 - 0,75
Sungai besar yang lebih dari setengah daerah
pengalirannya terdiri dari dataran
0,50 - 0,75
Sumber : Hidrologi Untuk Pengaliran
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 10
III.4.3 Kedalaman Penggerusan
Untuk menentukan kedalaman penggerusan digunakan formula Lacey :
Untuk L < W → d = H x ⎟⎠
⎜⎝
W
L 0,6
Untuk L > W → d = 0,473 x ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
f
Q 0,333
Dimana :
L = bentang jembatan (m)
W = lebar alur sungai (m)
d = kedalaman gerusan normal dari muka air banjir maksimum
H = tinggi banjir rencana
Q = debit maksimum (m3/dt)
f = faktor lempung
Tabel faktor Lacey yang diambil dari buku mekanika tanah adalah sebagai berikut :
Tabel II.8 Faktor Lempung Lacey Berdasar Tanah
Sumber : buku mekanika tanah,Nakazawa Kazuto dkk, 2000
Sedangkan kedalaman penggerusan berdasarkan tabel yang diambil dari Standart
Perencanaan Jembatan Bina Marga Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
No Jenis Material
Diameter
(mm)
Faktor
(f)
1.
Lanau sangat halus (very
fine silt)
0,052 0,40
2. Lanau halus (fine silt) 0,120 0,80
3. Lanau sedang (medium silt) 0,233 0,85
4. Lanau (standart silt) 0,322 1,00
5. Pasir (medim sand) 0,505 1,20
6. Pasir kasar (coarse sand) 0,725 1,50
7. Kerikil (heavy sand) 0,920 2,00
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 11
Tabel II.9 Kedalaman Penggerusan
No. Kondisi Aliran Penggerusan Maksimal
1. Aliran Lurus 1,27 d
2. Aliran Belok 1,50 d
3. Aliran Belok Kanan 1,75 d
4. Aliran Sudut Lurus 2,00 d
5. Hidung Pilar 2,00 d
Sumber : DPU Bina Marga Provinsi Jawa Tengah
II.5. Aspek Geoteknik
Aspek tanah sangat menentukan terutama dalam penentuan jenis pondasi yang
digunakan, kedalaman serta dimensinya. Selain itu juga untuk menentukan jenis perkuatan
tanah dan kestabilan tanah. Tinjauan aspek tanah pada perencanaan jembatan Kali Krasak II
ini meliputi tinjauan terhadap data-data tanah yang ada seperti : sondir , boring, nilai kohesi,
sudut geser tanah, γ tanah, nilai California Bearing Ratio (CBR), kadar air tanah dan void
ratio, agar dapat ditentukan jenis pondasi yang akan digunakan, kedalaman serta
dimensinya. Selain itu data-data tanah di atas juga dapat untuk menentukan jenis perkuatan
tanah dan kesetabilan lereng (stabilitas tanah) guna mendukung keamanan dari struktur
yang akan dibuat.
Pondasi berfungsi untuk menyalurkan beban-beban terpusat dari bangunan bawah ke
dalam tanah pendukung dengan cara sedemikian rupa, sehingga hasil tegangan dan gerakan
tanah dapat dipikul oleh struktur secara keseluruhan. Evaluasi pondasi dilakukan dengan
membandingkan beban-beban yang bekerja terhadap dimensi pondasi dan daya dukung
tanah dasar (Teknik Pondasi 1, 2002).
Beban-beban yang bekerja pada pondasi meliputi :
• Beban terpusat yang disalurkan dari bangunan bawah.
• Berat merata akibat berat sendiri pondasi.
• Beban momen.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 12
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan
beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut :
• Fungsi bangunan atas.
• Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.
• Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
• Jumlah biaya yang dikeluarkan.
II.5.1 Kapasitas Daya Dukung Ultimate
Rencana kapasitas daya dukung ultimate harus sama atau melebihi jumlah beban
yang bekerja.
Yaitu Rencana kapasitas daya dikung ultimate ≥ 1
Jumlah beban U.L.S yang bekerja
Rencana tekanan daya dukung ultimate, qu
*`(kPa), dari tipe pondasi dangkal pada
keadaan batas ultimate dapat dihitung dengan rumus berikut :
• Untuk tipe persegi panjang dengan D/B > 2,5 diatas tanah kohesif atau semua
tipe persegi panjang (tipa D/B) diatas tanah butir kasar :
qu
* = c*Nc + waDNq + 0,5waBNw
• Untuk tipe persegi panjang dengan D/B ≤ 2,5 diatas tanah kohesif :
qu
* = waD – 5c* {1 + 0,2(D/B)} {1 + 0,2(B/L)}
• Untuk tipe bujur sangkar diatas tanah kohesif atau butir kasar :
qu
* = 1,2c*Nc + waDNq + 0,4waBNw
• Untuk tipe sirkular diatas tanah kohesif atau butir kasar :
qu
* = 1,2c*Nc + waDNq + 0,6waBNw
dengan :
Nc, Nq, Nw merupakan faktor daya dukung terzaghi
C* = kohesi rencana (kPa)
Ø* = sudut geser dalam rencana (dalam derajat)
Wsa = satuan berat pondasi diatas pondasi (kN/m3)
Wsb = satuan berat dibawah pondasi (kN/m3)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 13
D = kedalaman pondasi (m)
B = lebar pondasi (m)
L = panjang pondasi (m)
R = jari-jari pondasi (m)
II.5.2 Penurunan
Beban pondasi pada tanah dasar dapat mengakibakan perubahan bentuk (deformasi
tanah) pada segala arah (tiga dimensi), namun untuk menyederhanakan permaslahan ini
hanya ditinjau deformasi satu dimensi yaitu arah vertikal, yang kemudian dikenal dengan
istilah penurunan (settlement). Apabila terjadi penurunan yang kecil akan terjadi retak
rambut (hair crack) yang sampai batas-batas tertentu tidak berbahaya, sedangkan
penurunan tanah yang cukup besar dan tidak merata dapat mengakibatkan kegagalan
struktur.
B L
q Q
×
=
dengan : Q = Beban vertikal
B = Lebar pondasi
L = Panjang pondasi
Penurunan pondasi dangkal dianggap layan pada beban lalu lintas SLS bila daya dukung
rencana tidak melebihi daya dukung ijin, qa
* yang dihitung dengan rumus qu
menggunakan factor reduksi kekuatan modifikasi sedemikian hingga :
• qa
* untuk tanah tidak kohesif =
2
q *
• qa
* untuk tanah kohesif =
3
q *
II.6. Aspek Pemilihan Tipe Jembatan
Dalam perencanaan jembatan hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai
berikut:
a. Kekuatan struktur jembatan
b. Keamanan dan kenyamanan
c. Faktor ekonomi/biaya
d. Keawetan
e. Faktor pelaksanaan
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 14
f. Ketersediaan bahan yang ada
g. Faktor pemeliharaan
h. Fungsi pelayanan
i. Estetika/keindahan
II.6.1 Dasar Pemilihan
Penentuan lokasi jembatan adalah titik awal sebuah perancangan jembatan yang
terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu baik pertimbangan kelayakan
struktural, maupun pertimbangan teknis. Tujuan dari analisis penentuan lokasi jembatan
ini adalah untuk mendapatkan rencana lokasi jembatan yang dapat digunakan sebagai
acuan rencana teknis.
Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu
rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas
jalur rintangan.
Menimbang situasi dan kondisi setempat, khususnya mengenai ketersediaan lahan
maka ada beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan yang sebaiknya
diperhatikan, yaitu :
1. Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak membutuhkan
lahan yang besar sekali.
2. Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah-rumah penduduk
sekitarnya, dan tetap mengikuti/menggunakan as jalan eksisting yang ada.
3. Lokasi jembatan juga harus memperpendek pergerakan kendaraan yang
melewatinya
4. Panjang jembatan yang akan dibangun. Karena semakin panjang bentang maka
akan semakin mahal. Sehingga diharapkan bila akan membangun jembatan
digunakan bentang jembatan yang paling pendek.
II.6.2 Faktor Penentu Lokasi
Faktor-faktor yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan lokasi jembatan
Kali Krasak II adalah :
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 15
1. Aksesbilitas
Dengan dibangunnya jembatan diharapkan nantinya akan tersedianya jalan akses
yang mampu menghubungkan ke dua kecamatan tersebut guna merangsang
pertumbuhan ekonomi antar kedua kota yang saling terhubung.
2. Aspek Pelaksanaan
Aspek pelaksanaan adalah segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi jembatan terutama yang berpotensi untuk menambah
kesulitan dalam pelaksanaan.
3. Pertimbangan Ekonomi
Dari keseluruhan faktor yang ada, faktor ekonomi adalah faktor yang paling
krusial, karena seluruh dari ketiga alternatif lokasi yang ada beserta dengan
kekurangan dan kelebihannya memungkinkan untuk dijadikan lokasi Jembatan
Sembir apabila dananya mencukupi, akan tetapi karena terbatasnya dana yang ada
maka beberapa pertimbangan harus dipikirkan demi mendapatkan perancangan
yang efektif dan efisien.
II.7. Aspek Struktural
Aspek struktural di sini berisi tentang perencanaan jembatan rangka baja dengan
menggunakan konsep desain LRFD (Load and Resistant Factor Design). Desain LRFD
merupakan konsep baru dalam desain struktur, konsep desain ini pertama kali diperkenalkan
di Amerika pada tahun 1986 dengan terbitnya AISC-LRFD. Di Indonesia khususnya untuk
desain jembatan, konsep tersebut mulai dipakai tahun 1992 dengan ditandainya kerjasama
antara Dinas Pekerjaan Umum dengan Australian International Development Assistance
Bureau dengan keluarnya Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan atau lebih dikenal dengan
nama Bridge Management System (BMS 1992).
Menurut para ahli, konsep ini lebih rasional karena antara lain menggunakan angka
keamanan (faktor beban) yang berbeda untuk setiap macam beban, dan kekuatan penampang
(faktor resistensi/ reduksi) yang berbeda untuk setiap kondisi pembebanan. Konsep ini
merupakan teori kekuatan batas (Limit State Design) yakni perencanaan pada pembebanan
sesaat sebelum terjadi keruntuhan dengan batasan mencapai tegangan leleh (σy), sedangkan
untuk analisa strukturnya dapat dipakai analisa elastis (jika penampang profil baja tidak
kompak) dan analisa plastis (jika penampang profil baja kompak).
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 16
II.7.1 Pembebanan Struktur Pada Desain LRFD
Penentuan beban desain LRFD yang bekerja pada struktur jembatan ini disesuaikan
dengan “Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan” (PPTJ) 1992 atau yang lebih dikenal
sebagai “Bridge Management System” (BMS) 1992, ada dua kategori aksi berdasarkan
lamanya beban bekerja :
a. Aksi tetap atau beban tetap
Merupakan aksi yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada sifat bahan, cara
jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin menempel pada jembatan.
b. Aksi transien atau beban sementara
Merupakan aksi yang bekerja dengan jangka waktu yang pendek, walaupun mungkin
sering terjadi.
Menurut BMS 1992, beban dibedakan menjadi :
1. Beban Permanen :
- Beban sendiri
- Beban mati tambahan
2. Susut dan rangkak
3. Tekanan tanah
4. Beban lalu lintas
5. Beban lingkungan, dan lain-lain.
II.7.1.1 Beban Permanen
1. Beban Sendiri
Beban sendiri dari bagian bangunan yang dimaksud adalah berat dari bagian
tersebut dan elemen-elemen struktural yang dipikulnya, atau berat sendiri adalah berat
dari bagian jembatan yang merupakan elemen struktural ditambah dengan elemen non
struktural yang dianggap tetap. Berat isi dari berbagai bahan adalah sebagai berikut :
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 17
Tabel II.10 Berat Isi untuk Berat Sendiri
BAHAN
BERAT/SATUAN ISI
kN/m3
Aspal Beton 22,0
Beton Bertulang 25,0
Baja 77,0
Air Murni 9,8
Sumber : BMS 1992
2. Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban
pada jembatan yang merupakan elemen non struktural dan mungkin besarnya berubah
selama umur rencana. Beban mati tambahan diantaranya:
- Perawatan permukaan khusus.
- Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm aspal beton (hanya digunakan dalam
kasus menyimpang dan dianggap nominal 22 kN/m3).
- Sandaran, pagar pengaman dan penghalang beton.
- Tanda-tanda.
- Perlengkapan umum seperti pipa air dan penyaluran (dianggap kosong atau
penuh).
II.7.1.2 Beban Lalu Lintas
1. Beban Kendaraan Rencana
a. Aksi kendaraan
Beban kendaraan tediri dari tiga komponen :
- Komponen vertikal
- Komponen rem
- Komponen sentrifugal (untuk jembatan melengkung)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 18
b. Jenis kendaraan
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan jalan raya terdiri dari pembebanan
lajur “D” dan pembebanan truk “T”. Pembebanan lajur “D” ditempatkan melintang
pada lebar penuh dari jalur lalu lintas pada jembatan dan menghasilkan pengaruh
pada jembatan yang ekivalen dengan rangkaian kendaraan sebenarnya. Jumlah total
pembebanan lajur “D” yang ditempatkan tergantung pada lebar jalur pada jembatan.
Pembebanan truk “T” adalah kendaraan berat tunggal (semitriller) dengan tiga gandar
yang ditempatkan dalam kedudukan jembatan pada lajur lalu lintas rencana. Tiap
gandar terdiri dari dua pembebanan bidang kontak yang dimaksud agar mewakili
pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu truk “T” yang boleh ditempatkan per
spasi lajur lalu lintas rencana.
Umumnya, pembebanan “D” akan menentukan untuk bentang sedang sampai
panjang dan pembebanan “T” akan menentukan untuk bentang pendek dan sistem
lantai.
2. Beban Lajur “D”
Beban lajur “D” terdiri dari :
a. Beban terbagi rata (UDL) dengan intensitas q kPa, dengan q tergantung pada
panjang yang dibebani total (L) sebagai berikut :
L ≤ 30 m q = 8,0 kPa
L ≥ 30 m kPa
L
q ⎥⎦⎤
⎢⎣
= 8,0 * ⎡0,5 + 15
Beban UDL boleh ditempatkan dalam panjang terputus agar terjadi pengaruh
maksimum. Dalam hal ini, L adalah jumlah dari panjang masing-masing beban
terputus tersebut. Beban UDL ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas.
b. Beban garis (KEL) sebesar p kN/m, ditempatkan pada kedudukan sembarang
sepanjang jembatan dan tegak lurus pada arah lalu lintas. Besar P = 44,0 kN/m.
Pada bentang menerus, KEL ditempatkan dalam kedudukan lateral sama yaitu
tegak lurus arah lalu lintas pada dua bentang agar momen lentur negatif menjadi
maksimum.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 19
Intensitas beban
“b” kurang dari 5,5 m
Intensitas beban
“b” lebih dari 5,5 m
Penempatan alternatif
Gambar II.1 Skema Penyebaran Muatan “D”
3. Beban Truk “T”
Hanya satu truk yang harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu lintas rencana
untuk panjang penuh dari jembatan. Truk “T” harus ditempatkan di tengah lajur lalu
lintas. Lajur-lajur ini ditempatkan dimana saja antara kerb. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar berikut :
5,5
b
5,5
50%
100%
100%
b
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 20
a. Lantai beton
Untuk analisa lengkap dari lantai beton, beban-beban terpusat dapat dianggap
disebar pada sudut 45o dari permukaan lantai sampai kedalaman sebesar setengah
tebal pelat. Pembebanan dapat disebar merata pada luas penyebaran tersebut.
b. Lantai baja gelombang terisi beton
Pasal ini berlaku pada lantai jembatan dari pelat baja gelombang terisi beton,
dimana beban ditahan oleh pelat baja pada lentur. Beban roda harus disebar pada
gelagar berdekatan dengan sudut penyebaran 22,5o, lihat gambar berikut:
Gambar II.3 Penyebaran Beban Roda Dalam Lantai Baja
α 22,5o
Gelagar memanjang
Gelagar memanjang
Bidang kontak roda
Gambar II.2 Penyebaran Beban
5 m 4-9
2,75 m
0,5 m 1,75 m
kerb
50 kN 200
kN
200
kN
275
200
125 500
0,5 m
200
500
200
25 kN 100 100
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 21
Atau menyebar beban “T” pada gelagar memanjang dengan faktor distribusi
sebagai berikut:
Tabel II.11 Faktor Distribusi untuk Pembebanan Truk “T”
JENIS BANGUNAN
ATAS
JEMBATAN
JALUR TUNGGAL
JEMBATAN
JALUR MAJEMUK
Pelat lantai beton:
- balok baja I atau balok
beton pratekan
- balok beton bertulang
- balok kayu
S/4,2
S/4,0
S/4,8
S/3,4
S/3,6
S/4,2
Lantai papan kayu S/2,4 S/2,2
Lantai baja gelombang
tebal 50 mm atau lebih
S/3,3 S/2,7
Kisi-kisi baja:
- kurang dari tebal 100
mm
- tebal 100 mm atau lebih
S/2,6
S/3,6
S/2,4
S/3,0
Sumber : BMS 1992
Catatan:
1. hal ini beban pada tiap balok memanjang adalah reaksi beban roda
dengan menganggap lantai antara gelagar sebagai balok sederhana
2. S adalah jarak rata-rata antara balok memanjang (m)
3. Balok geser dihitung untuk beban roda dengan reaksi 2S yang disebarkan
oleh S/faktor > 0,5
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 22
4. Faktor Beban Dinamik
Faktor beban dinamik (DLA) berlaku pada “KEL” lajur “D” dan truk “T” untuk
simulasi kejut dari kendaraan bergerak pada struktur jembatan. Faktor beban dinamik
adalah untuk S.L.S dan U.L.S dan untuk semua bagian struktur sampai pondasi. Untuk
truk “T” nilai DLA adalah 0,3, untuk “KEL” nilai DLA diberikan dalam tabel berikut :
Tabel II.12 Nilai Faktor Beban Dinamik
BENTANG EKIVALEN LE (m) DLA
LE ≤ 50 0,4
50 < LE < 90 0,525 – 0,0025 LE
LE ≥ 90 0,3
Sumber : BMS 1992
Catatan :
1. Untuk bentang sederhana LE = Panjang bentang aktual
2. Untuk bentang menerus LE = rata rata maksimum L • L −
5. Gaya Rem
Pengaruh gaya rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang, gaya ini tidak tergantung pada lebar jembatan sesuai dengan tabel berikut
untuk panjang struktur yang tertahan.
Tabel II.13 Gaya Rem
PANJANG STRUKTUR (m) GAYA REM (kN)
L ≤ 80 250
80 < L < 180 2,5 L + 50
L ≥ 180 500
Sumber : BMS 1992
Catatan : Gaya rem U.L.S. adalah 2,0 Gaya rem S.L.S
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 23
6. Beban Pejalan Kaki
Intensitas beban pejalan kaki untuk jembatan jalan raya tergantung pada luas
beban yang dipikul oleh unsur yang direncanakan. Bagaimanapun, lantai dan gelagar
yang langsung memikul pejalan kaki harus direncanakan untuk 5 kPa. Intensitas beban
untuk elemen lain, diberikan dalam tabel berikut :
Tabel II.14 Intensitas Beban Pejalan Kaki untuk Trotoir Jembatan Jalan Raya
LUAS TERPIKUL OLEH UNSUR
(m2)
INTENSITAS BEBAN
PEJALAN KAKI NOMINAL
(kPa)
A < 10 5
10 < A < 100 5,33 – A/30
A > 100 2
Bila kendaraan tidak dicegah naik ke kerb oleh penghalang rencana, trotoir
juga harus direncanakan agar menahan beban terpusat 20 kN
Sumber : BMS 1992
II.7.1.3 Beban Lingkungan
Yang termasuk beban lingkungan untuk keperluan perencanaan adalah sebagai
berikut :
1. Penurunan
Jembatan direncanakan agar menampung perkiraan penurunan total dan
diferensial sebagai pengaruh S.L.S.
2. Gaya Angin
Gaya angin pada bangunan atas tergantung pada luas ekuivalen diambil sebagai
luas padat jembatan dalam elevasi proyeksi tegak lurus. Untuk jembatan rangka
ini,diambil 30% luas yang dibatasi oleh unsur rangka terluar.
Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh banguna atas. Gaya
nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung kecepatan
angin rencana seperti berikut:
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 24
TEW = 0,0006*CW*(VW)2*Ab kN
Dimana:
VW = Kecepatan angin rencana (m/det) untuk keadaan batas yang
ditinjau (lihat tabel 2.14)
CW = Koefisien seret (lihat tabel 2.13)
Ab = Luas koefisien bagian samping jembatan (m2)
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata
tambahan arah horisontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti rumus
berikut:
TEW = 0,0012*CW*(VW)2 kN/m , dimana CW = 1,2
Tabel II.15 Koefisien Seret (CW)
TIPE JEMBATAN CW
Bangunan atas masif 2,1 1,5 1,25
Bangunan atas rangka 1,2
Sumber : BMS 1992
Tabel II.16 Kecepatan Angin Rencana (VW)
KEADAAN BATAS
LOKASI
Sampai 5 km
dari pantai
> 5km dari
pantai
Daya layan 30 m/s 25 m/s
Ultimit 35 m/s 30 m/s
Sumber : BMS 1992
3. Gaya Suhu
Perubahan merata dalam suhu jembatan menghasilkan perpanjangan atau
penyusutan seluruh panjang jembatan. Gerakan tersebut umumnya kecil di
Indonesia, dan dapat diserap oleh perletakan dengan gaya cukup kecil yang
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 25
disalurkan ke bangunan bawah oleh bangunan atas dengan bentang 100 m atau
kurang.
4. Gaya Akibat Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimate.
Beban Horisontal Statis Ekivalen
Beban rencana gempa minimum diperoleh dari rumus berikut :
EQ h T T ' = K * I *W
Kh = C * S
Dimana:
'
EQ T = Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh = Koefisien beban gempa horisontal
C = Koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan kondisi setempat
yang sesuai
I = Faktor kepentingan
S = Faktor tipe bangunan
WT = Berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan
gempa, diambil sebagai beban mati ditambah beban mati
tambahan (kN)
Untuk mencari koefisien geser dasar C sesuai dengan daerah gempa diperoleh
dari tabel, gambar grafik dan peta pada lampiran atau pada BMS 1992.Waktu
dasar getaran jembatan yang digunakan untuk menghitung geser dasar harus
dihitung dari analisa yang meninjau seluruh elemen bangunan yang memberikan
kelakuan dan fleksibilitas dari sistem pondasi.
P
TP
g K
T W
*
= 2π *
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 26
dimana :
T = Waktu getar dalam detik
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
WTp = Berat total nominal bangunan atas termasuk beban mati tambahan
ditambah setengah berat dari pilar (bila perlu dipertimbangkan) (kN)
Kp = Kekakuan gabungan sebagai gaya horisontal yang diperlukan untuk
menimbulkan satu satuan lendutan pada bagian atas pilar (kN/m)
Faktor kepentingan I yang nilainya lebih besar memberikan frekwensi lebih
rendah dari kerusakan bangunan yang diharapkan selama umur jembatan.
Tabel II. 17 Faktor Kepentingan (I)
KLASIFIKASI HARGA I MINIMUM
Jembatan memuat lebih dari 2000
kendaraan/hari, jembatan pada jalan raya
utama atau arteri dan jembatan dimana tidak
ada rute alternatif.
1,2
Seluruh jembatan permanen lainnya dimana
rute alternatif tersedia, tidak termasuk
jembatan yang direncanakan untuk mengurangi
pembebanan lalu lintas
1,0
Jembatan sementara (misal : Bailey) dan
jembatan yang direncanakan untuk mengurangi
pembebanan lalu lintas
0,8
Sumber : BMS 1992
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 27
Tabel II.18 Faktor Tipe Struktur Jembatan (S)
TIPE
STRUKTUR
JEMBATAN
FAKTOR TIPE STRUKTUR JEMBATAN
Struktur
Jembatan Beton
atau Baja dengan
Sendi
Struktur Jembatan Beton Prategang
dengan Sendi
Prategang Penuh Prategang Parsial
Tipe A 1,0 F 1,15 F 1,30 F
Tipe B 1,0 F 1,15 F 1,30 F
Tipe C 3,0 F 3,0 3,0
Sumber : BMS 1992
Keterangan :
F = Faktor jenis rangka
= 1,25 – 0,025n ; f ≤ 1
n = Jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral pada masingmasing
bagian monolit dari jembatan yang berdiri sendiri (misalnya bagianbagian
yang dipisahkan oleh expansion joint) yang memberikan keleluasaan
untuk bergerak dalam arah lateral secara sendiri-sendiri.
II.7.2 Kombinasi Beban
Menurut BMS 1992, kombinasi beban dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.19 Kombinasi Beban Umum untuk Keadaan Ultimate
AKSI
ULTIMATE
1 2 3 4 5 6
Aksi Permanen :
􀂾 Berat sendiri
􀂾 Berat mati tambahan
􀂾 Susut, rangkak
􀂾 Pratekan
x x x x x x
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 28
AKSI
ULTIMATE
1 2 3 4 5 6
􀂾 Pengaruh beban tetap pelaksanaan
􀂾 Penurunan
􀂾 Aksi Transien :
􀂾 Beban lajur “D” atau beban truk “T”
x o o o
􀂾 Gaya rem atau gaya sentrifugal x o o o
􀂾 Beban pejalan kaki x
􀂾 Gesekan perletakan o o o o o
􀂾 Pengaruh suhu o o o o o
􀂾 Aliran/hanyutan/batang kayu dan
hidrostatik/apung
o x o o
􀂾 Beban angin o o x o
Aksi Khusus :
􀂾 Gempa
x
􀂾 Beban Tumbukan
􀂾 Pengaruh getaran
􀂾 Beban pelaksanaan x
Keterangan :
‘x’ berarti beban yang selalu aktif.
‘o’ berarti beban yang boleh dikombinasi oleh beban aktif, tunggal atau seperti yang
ditunjukkan.
Sumber : BMS 1992
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 29
II.7.3 Faktor Beban
Menurut BMS 1992 faktor beban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel II.20 Faktor Beban Keadaan Batas Ultimate
JENIS BEBAN
FAKTOR BEBAN KEADAAN BATAS
ULTIMIT
Keterangan Faktor Beban
Berat sendiri
Baja
Beton cor ditempat
1,1
1,3
Beban mati tambahan
Kasus umum
Kasus khusus
2,0
1,4
Beban lajur “D” - 2,0
Beban truk “T” - 2,0
Gaya sentrifugal 2,0
Beban pejalan kaki - 2,0
Beban angin - 1,2
Pengaruh susut - 1,0
Tekanan tanah
Tekanan tanah vertikal
Tekanan tanah lateral
- Aktip
- Pasip
- Diam
1,25
1,25
1,40
1,25
Pengaruh tetap
pelaksanaan
- 1,25
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 30
JENIS BEBAN
FAKTOR BEBAN KEADAAN BATAS
ULTIMIT
Keterangan Faktor Beban
Pengaruh suhu - 1,2
Pengaruh gempa - 1,0
Gesekan perletakan - 1,3
Tekanan hidrostatik dan
gaya apung
Nilai dalam kurung
menunjukan faktor untuk
struktur penahan air dimana
beban ini menentukan
1,0 (1,1)
Aliran sungai, hanyutan
dan batang kayu
Jembatan besar dan penting
(periode ulang 100 tahun)
Jembatan tetap
(periode ulang 50 tahun)
Gorong-gorong
(periode ulang 50 tahun)
Jembatan sementara
(periode ulang 20 tahun)
2,0
1,5
1,0
1,5
Sumber : BMS 1992
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 31
II.7.4 Faktor Reduksi
Menurut BMS 1992, faktor reduksi untuk baja adalah:
Tabel II.21 Faktor Reduksi Kekuatan U.L.S. untuk Baja
SITUASI RENCANA FAKTOR REDUKSI
Unsur yang memikul lentur 0,90
Unsur yang memikul tekan aksial 0,90
Unsur yang memikul tarik aksial 0,90
Unsur yang memikul aksi
kombinasi
0,90
Penghubung geser 1,00
Hubungan baut 0,70
Hubungan las 0,80
Sumber : BMS 1992
Sedangkan faktor reduksi untuk beton menurut SKSNI T15-1991-03 adalah:
Tabel II.22 Faktor Reduksi untuk Beton
SITUASI RENCANA FAKTOR REDUKSI
Beban lentur 0,80
Gaya tekan aksial 0,80
Gaya tarik aksial 0,65
Gaya lintang dan torsi 0,60
Sumber : SKSNI T15-1991-03
II.7.5 Kekuatan Penampang
Kekuatan penampang sangat dipengaruhi oleh kelangsingannya, dimana
kelangsingan (λ) penampang itu adalah ukuran dari kecenderungan untuk menekuk pada
lentur atau beban aksial atau kombinasi keduanya. Suatu unsur dengan kelangsingan
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 32
besar akan lebih mudah menekuk dibanding unsur dengan kelangsingan kecil. Berikut
rumus kelangsingan menurut BMS1992:
250
* y f
t
b
⎟⎠
⎜⎝
λ = ⎛
dimana:
b = Lebar bersih dari elemen pelat tekan kearah luar dari permukaan elemen pelat
pendukung (mm)
t = Tebal elemen (mm)
fy = Tegangan leleh elemen (Mpa)
Tabel II.23 Nilai Batas Kelangsingan Elemen Pelat
DESKRIPSI UJUNG-UJUNG
DIDUKUNG
TEGANGAN
SISA
BATAS
PLASTIS
λp
BATAS
LELEH
λy
Tekanan merata Satu HR 9 16
Tekana
maksimum pada
ujung tidak
didukung,
tekanan nol atau
tarikan pada
ujung didukung
Satu HR 9 25
Tekanan merata Dua HR 30 45
Tekanan pada
satu ujung,
tarikan pada
ujung lain
Dua Any/ tiap 82 115
Penampang bulat
berongga
- HR,CF 50 120
Sumber BMS 1992
Catatan HR= Hot Rolled
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 33
II.7.5.1 Penampang Non Komposit
Yaitu penampang suatu unsur yang hanya mempunyai satu sifat bahan (baja atau
beton saja) yang digunakan untuk menahan tegangan-tegangan yang terjadi akibat beban
yang bekerja.
1. Kekuatan Unsur Terhadap Lentur
a. Kekuatan lentur yang dipengaruhi oleh tekuk lokal/kelangsingan
Kekuatan unsur terhadap momen lentur ultimit rencana (Mu) tergantung pada
tekuk setempat dari elemen pelat yang membentuk penampang unsur. Dapat
ditentukan dengan rumus Mu ≤ Ø*Mn.
Jika unsur berpenampang kompak, yakni penampang yang mampu
mengembangkan kekuatan lentur plastis penuh dan memikul pengaruh persendian
plastis tanpa menekuk, atau dengan persyaratan λ ≤ λp, maka besarnya momen
nominal adalah sama dengan momen plastis (Mn = Mp). Besarnya momen plastis
sendiri (buku “metode plastis, analisa dan desain” Wahyudi, Sjahril A. Rahim)
adalah :
Mp = Z*fy
Z = f*S
Dimana :
Z = Modulus plastis penampang (mm3)
f = Faktor bentuk penampang ( penampang I – f = 1,12)
S = Modulus elastis penampang (mm3)
Ø = Faktor reduksi kekuatan bahan
Mu= Momen ultimit unsur (Nmm)
Mn= Momen nominal penampang (Nmm)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 34
b. Kekuatan lentur yang dipengaruhi oleh tekuk lateral
Kekuatan unsur terhadap momen lentur ultimit rencana (Mu) juga dipengaruhi
oleh tekuk lateral dari suatu unsur. Yaitu kekuatan lentur unsur dengan atau tanpa
penahan lateral penuh. Dapat ditentukan dengan rumus Mu ≤ Ø*Mn. Jika
menggunakan penahan lateral penuh atau sebagian seperti penahan lateral
menerus atau penahan lateral antara, dengan persyaratan
y
m
ry f
L ≤ (80 + 50 *β ) * 250 (penampang I dengan flens sama), maka besarnya
momen nominal adalah sama dengan momen plastis (Mn = Mp).
Dimana :
L = Jarak penahan lareral antara (mm)
ry = Jari-jari girasi terhadap sumbu lemah (y) =
A
I y
βm = -1,0 atau -0,8
2. Kekuatan Unsur badan
Kekuatan unsur terhadap gaya geser ultimit rencana (Vu) ditentukan oleh
ketahanan badan seperti kekuatan geser badan. Dapat dinyatakan dengan rumus:
Vu ≤ Ø*Vn
Jika unsur berpenampang kompak λw ≤ 82 maka Vn = Vw
Vw = 0,6*fy*Aw (BMS 1992)
Dimana :
Vu = Kekuatan geser ultimit unsur (N)
Vn = Kekuatan geser nominal penampang (N)
Vw = Kekuatan geser nominal badan (N)
Ø = Faktor reduksi kekuatan bahan
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 35
Aw = Luas elemen badan (mm2)
λw = Kelangsingan badan
3. Kekuatan Unsur Terhadap Tekan
Unsur yang memikul gaya tekan cukup besar dapat runtuh dalam salah satu
dari dua cara yakni tekuk setempat dari elemen pelat yang membentuk penampang
melintang dan tekuk lentur dari seluruh unsur. Rumus-rumusnya adalah:
Nu ≤ Ø*Nn (1)
Nu ≤ Ø*Nc (2)
Nn = Kf*An*fy
Nc = αc*Nn ≤ Ns (BMS 1992)
Dimana :
Nu = Kapasitas tekan aksial terfaktor (N)
Nn = Kapasitas tekan aksial nominal penampang (N)
Nc = Kapasitas tekan aksial unsur (N)
Ø = Faktor reduksi kekuatan bahan
αc = Faktor reduksi kelangsingan unsur (tabel BMS 1992)
An = Luas penampang bersih (mm2)
Kf= Faktor bentuk =
g
e
A
A
, untuk penampang kompak Kf =1
4. Kekuatan Unsur Terhadap Tarik
Kekuatan unsur terhadap gaya tarik ultimit rencana (Nu) ditentukan oleh
persyaratan sebagai berikut:
Nu ≤ Ø*Nt
Nilai Nt diambil terkecil dari Nt = Ag*fy (BMS1992)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 36
Nt = 0,85*kt*An*fu
Dimana :
Nu = Gaya tarik aksial terfaktor (N)
Nt = Gaya tarik aksial nominal penampang (N)
Øq = Faktor reduksi kekuatan bahan
Ag = Luas penampang penuh (mm2)
An = Luas penampang bersih (mm2)
fu = Tegangan tarik/ putus bahan (Mpa)
fy = Tegangan leleh bahan (Mpa)
kt = Faktor koreksi untuk pembagian gaya
= Untuk hubungan yang simetris kt = 1
= Untuk hubungan yang asimetris kt = 0,85 atau 0,9
= Hubungan penampang I atau kanal pada kedua sayap kt = 0,85
II.7.5.2 Penampang Komposit
Yaitu penampang suatu unsur yang mempunyai lebih dari satu sifat bahan.
Penampang unsur seperti ini terbentuk oleh kerjasama dari dua bahan yang sama maupun
berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing-masing bahan tersebut,
sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang lebih kuat dan efisien,
contoh: komposit baja dengan beton, seperti pada struktur kolom komposit, lantai
komposit dan balok komposit.
1. Lantai Komposit
Lantai komposit adalah lantai yang terdiri dari dua kekuatan bahan yang
berbeda yang berfungsi menahan tegangan lentur akibat bentuk struktur atau beban
yang bekerja. Kedua bahan tersebut ada yang menahan tekan maupun tarik yang
terjadi pada struktur, misal lantai dari bahan beton dan baja tulangan.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 37
Pada kasus perencanaan Jembatan Kali Krasak II ini lantai jembatan
menggunakan bahan beton dan metal deck.
Metal deck/ dek baja berfungsi sebagai cetakan/bekisting beton plat lantai
permanen sekaligus sebagai penahan lentur atau sebagai tulangan positif searah plat
lantai. Menutur AISC dalam pemasanganya terdapat dua cara yaitu:
a. Gelombang dek tegak lurus balok penumpu, maka:
- Beton dibawah puncak dek tidak boleh ikut dalam perhitungan sifat
penampang komposit, luas penampang pelat beton dan perhitungan jumlah
paku/ stud.
- Jarak antara paku/ stud arah memanjang balok tidak boleh lebih dari 32 inch.
- Untuk mencegah uplift dek baja harus diikat pada balok dengan jarak
maksimum 16 inch. Pengikatan dapat menggunakan paku/ stud, baut atau
kombinasi paku/ stud dan las.
- Kuat geser paku/ stud harus dikalikan dengan faktor reduksi:
Rpe = 0 , 1 1 * * 85 , 0 ≤ ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
− ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
⎟ ⎟
⎜ ⎜
r
s
r
r
r h
H
h
w
N
b. Gelombang dek sejajar balok penumpu, maka:
- Beton dibawah puncak dek boleh ikut dalam perhitungan sifat penampang
komposit, luas penampang pelat beton dan harus dimasukkan dalam
perhitungan jumlah paku/ stud.
- Pemasangan dek baja di atas balok penumpu boleh dipisah, agar penampang
luasan beton menjadi lebih besar.
- Kuat geser paku/ stud harus dikalikan dengan reduksi:
Rpa = 0 , 1 1 * * 60 , 0 ≤ ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
− ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
r
s
r
r
h
H
h
w
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 38
Dimana:
Nr = Jumlah paku/ stud (maks 3 buah)
wr = Lebar rata-rata rusuk (inch)
hr = Tinggi rusuk (inch)
Hs = Panjang paku/ stud terpasang (inch)
Di dalam buku “Structural Steel Designers Handbook Third Edition” Roger
LB, Frederick SM. bahwa tinggi rusuk dek baja adalah 1½, 2 dan 3 inch, akan tetapi
dalam keadaan khusus misalnya untuk konstruksi bentang panjang, tinggi rusuk dek
baja bisa mencapai ukuran 4, 4½, 6 dan 7½ inch. Berikut beberapa syarat dari ASCE
mengenai dek baja untuk komposit :
1. Tebal pelat beton di atas puncak dek minimum 2 inch
2. Tinggi sisa paku/ stud di atas puncak dek minimum 1½ inch
3. Tinggi antara kepala paku/ stud sampai puncak pelat ½-¾ inch
Besarnya momen penampang lantai komposit dengan metal deck adalah (Mu ≤
Ø*Mn):
B ≥ 1½” C ≥ 2”
Gambar II.4 Syarat Penampang Lantai Komposit dengan Metal deck
hr
Hs
wr
Pelat lantai A=½-¾”
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 39
Dimana:
d = Tinggi efektif pelat (mm)
yb = Jarak titik berat Metal deck dari serat bawah (mm)
Ku*d = Tinggi daerah tekan pada pelat (mm)
εc = Regangan tekan beton pada serat atas = 0,003
εs = Regangan tarik baja = fy/Es
a = Tinggi blok tegangan tekan beton = γ*Ku*d (mm)
γ = Dari peraturan jembatan
= 0,85-0,007*(fc-28) dan 0,65 ≤ γ ≤ 0,85
z = Jarak lengan gaya (mm)
Cc = Gaya tekan beton (N)
Gambar II.5 Penampang Pelat Lantai Per Segmen Metal Deck
Pelat beton
100 Metal deck
100
400 mm
d
yb
Gambar II.6 Diagram Regangan-Tegangan Pelat Lantai
tb d
yb
Kud Cc
Ts
εc
εs
0,85*fc
a a/2
z=d-a/2
b = 400 mm
200 As
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 40
Ts = Gaya tarik baja (N)
As = Luasan baja (mm2)
Ø = Factor reduksi kekuatan lentur bahan
Mn = Cc*z = Ts*z (Nmm)
Mn = Ts*z = As*fy*z , z = d-a/2 = d*(1-0,5*γ*Ku) (Nmm)
Cc = Ts 0,85*fc*b* γ*Ku*d = As*fy
Ku =
γ
* * 1
*
*
0,85
1
c
s y
f
f
b d
A
Mn = fy*As*d* ⎟
⎟⎠
⎜ ⎜⎝
c
s y
f
f
b d
A
*
*
1 0,6 *
Mu ≤ Ø*Mn
2. Balok Komposit
Pada kasus perencanaan Jembatan Kali Krasak II ini balok jembatan
menggunakan bahan dari profil baja. Untuk balok komposit pelat beton yang berada
di atas balok baja bersatu dengan baja untuk menahan beban. Lekatan antara beton
dengan baja dapat dipertinggi dengan memasang penghubung geser (shear
connector) di atas flange baja. Diantara keuntungan menggunakan balok komposit
adalah:
1. Menghemat penggunaan baja kurang lebih 20%
2. Tinggi balok baja dapat lebih rendah
3. Meningkatkan kekuatan pelat lantai
4. Bentang balok dapat lebih besar
Pelat beton yang bersatu dengan balok baja hanya selebar be (lebar efektif) yang
ditentukan sebagai berikut (BMS 1992):
Yakni diambil nilai terkecil dari:
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 41
a. Untuk gelagar tengah b. Untuk gelagar tepi
- be ≤ L/5 - be ≤ (L/10)+c
- be ≤ 12*tmin - be ≤ 6*tmin
- be ≤ A - be ≤ (a/2)+c
Dimana :
A = Jarak antar gelagar (mm)
tmin = Tebal pelat lantai minimum (mm)
L = Panjang gelagar (mm)
C = Jarak bebas tepi pelat/ overhang (mm)
Desain penampang komposit pada umumnya dapat ditentukan dengan 2 cara
yaitu: aksi komposit penuh (full composit) dan aksi komposit sebagian (partial
composit).
a. Distribusi Tegangan Plastis
Dalam konsep desain LRFD penentuan tegangan yang terjadi pada balok
komposit terutama yang berpenampang kompak adalah dengan distribusi tegangan
plastis. Adapun langkah-langlah perhitungannya adalah (AISC-LRFD):
1. Cek kekompakan penampang (λ ≤ λp) idem
2. Menentukan lebar efektif pelat beton (be) idem
3. Menghitung gaya tekan (C)
Diambil nilai terkecil dari:
- Baja Cs = As*fy N
- Beton Cc = 0,85*fc*Ac N
- Penghubung geser Csc = Σ Qn N
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 42
4. Menentukan letak garis netral penampang komposit
Menurut AISC letak garis netral dapat ditentukan dari hubungan antara Cc,
Cs dan kuat leleh badan (Pyw = Aw*fy) yaitu:
- Letak garis netral pada badan baja (Cc ≤ Pyw)
- Letak garis netral pada tebal sayap baja (Pyw ≤ Cc ≤ Cs)
- Letak garis netral pada plat beton (Cc ≥ Cs)
5. Menentukan jarak-jarak centroid gaya-gaya yang bekerja
d1 = Jarak dari pusat gaya tekan C ke tepi atas penampang baja (mm)
d2 = Jarak dari pusat gaya tekan di penampang baja ke tepi atas
penampang baja (mm), untuk komposit penuh nilai d2= 0 (baja
dianggap tidak ada tekan)
d3 = Jarak dari pusat gaya tarik Py ke tepi atas penampang baja (mm)
Tinggi tekan efektif pada pelat beton (a = C/(0,85*fc*be) mm
6. Menghitung kapasitas lentur nominal
be
Y
Gambar II.7 Distribusi Tegangan Plastis untuk Momen Positif pada
Penampang Komposit
Yt
Yb
Y
GN
d1
d3
te
C
(Py-C)/2
0,85*fc
fy
fy
a
(Py+C)/2
d2
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 43
Dengan memodifikasi distribusi tegangan plastis di atas diharapkan dapat
mempermudah perhitungannya, yaitu dengan rumus :
Py
= fy*As N
Mn = C*(d1+d2)+Py*(d3-d2) Nmm
Mu
≤ Ø*Mn
b. Shear Connector/ Penghubung Geser
Shear connector digunakan untuk menahan gaya geser horisontal memanjang
yang terjadi pada bidang pertemuan pelat beton dengan balok baja. Kekuatan
nominal shear connector jenis paku/ stud adalah (AISC-LRFD):
Qn = 0,5*Asc* c c f * E sc u ≤ A * f N
Ec = c 4700 * f Mpa
Dimana:
Asc = Luas penampang paku/ stud (mm2)
Ec = Modulus elastis beton (Mpa)
fu = Tegangan putus (Mpa)
Kalau paku/ stud ditanam pada balok komposit yang menggunakan dek baja
maka nilai Qn di atas harus dikalikan dengan sebuah faktor reduksi (Rp) yang
besarnya tergantung cara pemasangan dek baja terhadap balok penumpunya,
seperti pada penjelasan di atas.
be
Y
Gambar II.8 Modifikasi Distribusi Tegangan Plastis
Yt
Yb
Y
GN
d1
d3
te
C
Py-C
0,85*fc
2 fy
fy
a
Py
d2
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 44
Syarat ukuran paku/ stud (AASHTO-LRFD) = ≥ 4
s
s
d
H
Syarat pemasangan paku/ stud
- AISC: memanjang 6*ds ≤ s ≤ 36 inch
melintang s ≥ 4*ds dan max 3 buah stud
- BMS 1992: memanjang s ≤ 600 mm atau s ≤ 4*Hs
Dimana:
Hs = Tinggi paku/ stud (mm)
ds = Diameter paku/ stud (mm)
s = Jarak paku/ stud (mm)
Penentuan kapasitas shear connector ada 2 cara tergantung desain penampang
kompositnya yaitu:
1. Untuk aksi komposit penuh, gaya geser horizontal ditentukan oleh kapasitas
tekan beton (Cc) atau kapasitas tarik baja (Cs)
Diambil nilai terkecil dari :
Cc = 0,85*fc*Ac N
Cs = As*fy N
N = C / (Qn*Rp)
2. Untuk aksi komposit sebagian, gaya geser horisontal ditentukan oleh kapasitas
penghubung geser atau beban yang bekerja. Untuk penentuan kapasitas shear
connector menggunakan rumus penurunan dari item BMS 1992 yang berbunyi:
“ ukuran dan jarak antara penghubung geser dapat dipertahankan konstan
pada setiap panjang dimana gaya geser rencana maksimum per satuan panjang
tidak melebihi kapasitas geser dengan lebih dari 10% ” yaitu:
n
n n
n Q
n D − (10%*D )
=
Dimana:
nn
= Jumlah shear connector per bagian
Qn = Kekuatan nominal shear connector (N)
Dn
= Gaya lintang per bagian (N)
n = Jumlah shear connector setengah bentang
Vn = n* Qn N
Vu
≤ Ø*Vn
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 45
II.7.6 Hubungan
Elemen hubungan terdiri dari komponen hubungan (pelat penyambung, pelat
pertemuan, pelat pendukung, pelat penghubung) dan penghubung (baut, pen, las).
Hubungan harus direncanakan sedemikian rupa agar mampu menahan dan menyalurkan
semua aksi rencana. Kekuatan rencana tiap elemen tidak boleh kurang dari aksi rencana
yang dihitung.
Klasifikasi hubungan ada 2 macam yaitu hubungan konstruksi kaku dan hubungan
konstruksi tidak kaku.
II.7.6.1 Hubungan dalam Unsur Utama
Hubungan dan sambungan dalam unsur utama hanya boleh digunakan baut mutu
tinggi dalam sambungan gesek, tetapi tidak untuk hubungan unsur sekunder seperti ikatan
dan kerangka melintang atau untuk hubungan unsur sekunder dengan unsur utama.
II.7.6.2 Luas Lubang
Dalam menghitung pengurangan akibat lubang pengencang, luas penuh dari lubang
dalam bidang sumbunya harus digunakan, ada 2 jenis lubang yaitu:
1. Lubang tidak selang-seling
Untuk lubang yang tidak selang-seling, luas yang dikurangi adalah jumlah
maksimum luas lubang dalam tiap penampang melintang tegak lurus pada
arah aksi rencana unsur.
2. Lubang selang-seling
Untuk lubang selang-seling, luas yang dikurangi harus yang terbesar dari
- Pengurangan untuk lubang tidak selang-seling
- Jumlah luas semua lubang dalam tiap garis selang-seling yang menerus
melintang unsur.
g
p
S
S t
4 *
2 *
Dimana:
Sp
= Jarak lubang searah gaya (mm)
Sg = Jarak lubang tegak lurus gaya (mm)
t = Tebal bahan yang dilubangi (mm)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 46
II.7.6.3 Perencanaan Baut
1. Mutu baut dan luas penampang baut dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel II.24 Mutu Baut
MUTU BAUT KEKUATAN TARIK MINIMUM/ fuf (Mpa)
4.6 400
8.8 830
10.9 1000
Sumber BMS 1992
Tabel II.25 Luas Penampang Baut
DIAMETER
NOMINAL
BAUT/ df
(mm)
LUAS BAUT (mm2)
Ac As Ao
M16 144 157 201
M20 225 245 314
M24 324 353 452
M30 519 561 706
M36 759 817 1016
Sumber BMS 1992
Gambar II.9 Lubang Selang-seling
Sg Arah
Sp Sp
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 47
Dimana :
Ac
= Luas inti baut (mm2)
As
= Luas untuk menghitung kekuatan tarik (mm2)
Ao
= Luas nominal polos baut (mm2)
2. Kekuatan nominal baut
- Kekuatan geser nominal baut
Vf = 0,62*fuf*kr*(nc*Ac+no*Ao) N Vu ≤ Ø*Vf
Bila menggunakan elemen pelat pengisi dengan tebal 6-20 mm, maka kekuatan
geser nominal baut harus direduksi dengan 15%.
- Kekuatan tarik nominal baut
Ntf = As*fy N Nu ≤ Ø*Ntf
- Kekuatan tumpu nominal pelat lapis
Vb
= 3,2*df*tp*fup N
Untuk pelat lapis yang memikul komponen gaya yang bekerja menuju suatu
ujung, kekuatan tumpu nominal pelat lapis harus nilai terkecil dari rumus di atas
dan di bawah ini:
Vb = ae* tp*fup N Vup ≤ Ø*Vb
Dimana:
kr = Faktor reduksi panjang yang dibaut
n = Jumlah bidang geser yang melalui baut
fuf = Kuat tarik minimum baut (Mpa)
fup = Kuat tarik minimum pelat lapis (Mpa)
df = Diameter baut (mm)
tp = Tebal pelat lapis (mm)
ae = Jarak minimum antara lubang ke ujung pelat lapis (mm)
Vu = Kapasitas geser rencana baut (N)
Nu = Kapasitas tarik rencana baut (N)
Vup = Kapasitas tumpu rencana pelat lapis (N)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 48
Tabel II.26 Faktor Reduksi Panjang Yang Dibaut (kr)
PANJANG
mm
Lj < 300 300 < Lj < 1300 Lj > 1300
kr 1,0 1,075 - Lj/4000 0,75
Sumber BMS 1992
3. Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik
Syarat: 1
* *
2 2
≤ ⎟
⎜ ⎜
+ ⎟
⎜ ⎜
tf
u
f
u
N
N
V
V
φ φ
II.8 Perencanaan Bangunan Atas
Di sini diuraikan tentang pemilihan alternatif bangunan utama jembatan, dan
beberapa dasar perencanaan elemen-elemen dari bangunan atas seperti sandaran, trotoar,
pelat lantai jembatan dan lain-lain.
II.8.1 Pemilihan Bangunan Atas/Utama Jembatan
Pada umumnya bangunan atas jembatan untuk jalan raya di Indonesia
menggunakan bahan baja dan beton pratekan. Adapun penjelasannya menurut BMS 1992
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II.27 Alternatif Bangunan Atas Jembatan di Indonesia
JENIS BANGUNAN
ATAS
BANGUNAN ATAS
BAJA : RANGKA
LANTAI BAWAH
PELAT BETON
JEMBATAN BETON
PRATEKAN: GELAGAR I
DENGAN LANTAI BETON
KOMPOSIT DALAM
BENTANG MENERUS
Bentuk bentang utama
Variasi bentang 30-100 m 20-40 m
Perbandingan h/L tipikal
tinggi/bentang
1/8 – 1/11 1/17,5
Penampilan Kurang/fungsional fungsional
Sumber BMS 1992
h
h
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 49
II.8.2 Perencanaan Sandaran
Sandaran merupakan pembatas antara daerah kendaraan dengan tepi jembatan yang
berfungsi sebagai pengaman bagi pemakai lalu lintas yang melewati jembatan tersebut.
Konstruksi sandaran umumnya terdiri dari :
1. Tiang sandaran (Raill Post), biasanya dibuat dari konstruksi beton bertulang
untuk jembatan dengan balok girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka
tiang sandaran menyatu dengan struktur rangka utama.
2. Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.
Menurut BMS 1992 sandaran untuk pejalan kaki harus direncanakan untuk dua
pembebanan rencana daya layan yaitu q=0,75 kN/m, yang bekerja secara bersamaan
dalam arah menyilang dan vertikal pada sandaran serta tidak ada ketentuan beban ultimit
untuk sandaran. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah:
1. Menentukan mutu dan profil sandaran (pipa baja)
2. Menentukan panjang sandaran yang menumpu pada rangka jembatan
3. Menganggap sandaran sebagai konstruksi yang tertumpu menerus di atas
beberapa tumpuan
4. Menentukan pembebanan arah Vertikal (qV) dan Horisontal (qH)
5. Analisa struktur (manual atau program)
6. Cek tegangan
a. Tegangan lentur
σ = M/W ≤ σ ijin
b. Tegangan geser
τ = D/A ≤ τ ijin = 0,58* σ
dimana:
M = Momen yang terjadi (Nmm)
W = Momen tahanan bahan (mm3)
D = Gaya lintang yang terjadi (N)
A = Luas penampang bahan (mm2)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 50
7. Cek kekakuan/lendutan (manual)
Δ = ≥ Δ
300
L
dimana:
Δ = Lendutan yang terjadi (mm)
Δ = Lendutan ijin (mm)
E I
q L
384 * *
* 4
Δ =
L = Bentang (mm)
q = Beban merata (N/mm)
E = Modulus elastisitas bahan (Mpa)
I = Momen Inersia (mm4)
II.8.3 Perencanaan Pelat Lantai
Pelat lantai berfungsi sebagai konstruksi penahan beban lalu lintas terutama beban
truk “T”. Sistim pelat lantai ada 2 macam yaitu sistim pelat satu arah yaitu rasio antara
tumpuan pelat memanjang dengan tumpuan pelat melintang > 2 sehingga bisa
diasumsikan beban-beban didistribusikan ke tumpuan terdekat/memanjang saja dan yang
satunya lagi adalah sistim pelat dua arah yaitu rasio antara tumpuan pelat memanjang
dengan tumpuan pelat melintang ≤ 2 dimana beban-beban akan didistribusikan ke 4 sisisisinya
yaitu tumpuan melintang dan memanjang seperti sistim amplop.
Menurut BMS 1992 beban pada pelat lantai jembatan berupa beban truk “T” yang
merupakan beban roda ganda sebesar 100 kN, dari kendaraan truk semitriller yang
mempunyai bidang kontak seluas 20*50 cm2. Adapun langkah-langkah perencanaannya
adalah:
1. Menentukan mutu beton (fc), mutu baja tulangan dan profil (fy)
2. Menentukan tebal plat (t) dan dimensi Metal deck
3. Menentukan sistim lantai dan asumsi bentuk struktur yang terjadi
4. Menentukan pembebanan pada struktur tersebut
5. Analisa struktur (manual atau program) Mu
6. Cek kapasitas momen penampang (Mu ≤ Ø*Mn) idem
7. Menghitung tulangan susut (arah x dan y) pada serat atas pelat lantai
Menurut SKSNI T15-1991-03 besar tulangan susut atau pembagi adalah:
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 51
Untuk fy = 240 Mpa : As=25%*b*h
Untuk fy = 400 Mpa : As=18%*b*h
II.8.4 Perencanaan Trotoar
Trotoar berfungsi untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki
baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Konstruksi trotoar direncanakan sebagai
pelat beton yang terletak di atas pelat lantai jembatan bagian tepi, maka penulangan
trotoar hanya sebagai penahan susut.
Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah:
1. Menentukan mutu beton (fc) dan mutu tulangan (fy) yang dipakai
2. Menentukan dimensi plat trotoar yang direncanakan (h, L, b)
3. Menghitung tulangan susut (arah x dan y) idem
II.8.5 Perencanaan Gelagar Memanjang (Non Komposit)
Gelagar memanjang berfungsi menahan beban pelat lantai, beban perkerasan, beban
air hujan, beban Metal deck, beban lalu lintas “D” dan tambahan beban truk “T” jika
lantainya berupa lantai baja gelombang terisi beton (BMS 1992), kemudian
menyalurkannya ke gelagar melintang. Gelagar ini tidak direncanakan sebagai struktur
komposit karena bentangnya pendek (L=5m), namun tetap saja diberikan elemen
pengikat (baut) antara flange profil gelagar dengan dek baja pada lantai yang berfungsi
juga sebagai pengikat lateral gelagar memanjang.
Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah:
1. Menentukan profil yang digunakan beserta mutu bajanya (fy)
2. Menghitung pembebanan (karena menggunakan Metal deck penyaluran
bebannya hanya searah yaitu distribusi ke gelagar memanjang saja)
3. Analisa struktur (momen dan gaya lintang) yang paling menentukan/ terbesar
4. Cek kekompakan penampang (idem)
5. Cek kapasitas lentur dan geser (idem)
Lx
Ly
Gambar II.10 Penyaluran Beban pada Gelagar
Gelagar
Gelagar
Arah gelombang Metal
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 52
6. Cek kekakuan/lendutan (program atau manual)
Lendutan ditinjau pada beban elastis (ASD)
II.8.6 Perencanaan Gelagar Melintang
Karena pelat menggunakan Metal deck maka gelagar melintang hanya berfungsi
menahan reaksi beban dari gelagar memanjang dan beban KEL (beban garis D) saja,
kemudian menyalurkannya ke rangka utama jembatan. Gelagar ini direncanakan sebagai
struktur komposit karena bentangnya panjang (L±9m). Ditandai dengan adanya hubungan
antara profil gelagar dengan pelat lantai beton berupa paku (stud) yang berfungsi sebagai
penghubung geser (shear connector).
Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah:
1. Menentukan profil yang digunakan beserta mutu bajanya (fy)
2. Menghitung pembebanan (reaksi beban gelagar memanjang tanpa beban P/KEL
dan beban KEL)
3. Analisa struktur (momen dan gaya lintang)
4. Cek kapasitas momen positif pada penampang komposit dengan distribusi
tegangan plastis (idem)
5. Cek terhadap kapasitas geser (idem)
6. Cek kekakuan/ lendutan (idem)
7. Menghitung shear connector (idem)
II.8.7 Perencanaan Ikatan Angin
Ikatan angin berfungsi untuk menahan gaya yang diakibatkan oleh tekanan angin
samping, sehingga struktur dapat lebih kaku. Adapun langkah-langkah perencanaannya
adalah:
1. Menentukan profil yang digunakan beserta mutu bajanya (fy)
2. Menghitung pembebanan akibat tekanan angin yang terjadi ( seperti penjelasan
awal BMS 1992), semua beban dikonversikan per joint/ simpul ikatan angin.
3. Menghitung gaya-gaya batang (manual atau program)
4. Menentukan batang tekan atau batang tarik
5. Cek kekuatan/ tegangan dan kelangsingan (idem)
6. Menghitung alat penyambung
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 53
II.8.8 Perencanaan Rangka Baja
Rangka baja berfungsi menahan semua beban yang bekerja pada bangunan atas
jembatan dan menyalurkannya pada tumpuan/abutmen untuk disalurkan ke tanah dasar
melalui pondasi.
Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah:
1. Menentukan profil yang digunakan beserta mutu bajanya (fy)
2. Menghitung pembebanan yang terjadi:
a. Beban mati berupa berat sendiri profil, beban trotoir, beban pelat lantai,
beban perkerasan, beban gelagar-gelagar, beban ikatan angin, dan lain-lain
b. Beban hidup berupa beban “D”
c. Beban akibat tekanan angin
d. Semua beban dikonversikan per joint/ simpul rangka
3. Menghitung gaya-gaya batang (manual atau program) untuk tiap pembebanan
4. Menghitung kombinasi beban yang terjadi akibat DD,LL dan WL, ambil gaya
yang terbesar untuk batang tekan atau batang tarik
5. Cek kekuatan/ tegangan (idem)
6. Menghitung alat penyambung
II.8.9 Andas Jembatan
Merupakan perletakan dari jembatan yang berfungsi untuk menahan beban baik
yang vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga untuk meredam getaran sehingga
abutment tidak mengalami kerusakan. Untuk penjelasan yang lebih lanjut dapat dilihat
pada BMS 1992.
Elastomeric Bearings
Deck Seal
Gambar II.11 Andas Jembatan
Seismic Buffer
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 54
II.8.10 Oprit
Oprit adalah jalan pendekat/ peralihan dari jalan raya ke jalan di jembatan,
dibangun untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan saat akan lewat jalan di
jembatan. Oprit juga dilengkapi dengan dinding penahan. Pada perencanaan oprit, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tipe dan kelas jalan ataupun jembatan
b. Volume lalu lintas
c. Tebal perkerasan
II.8.11 Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan disini yakni pada jalan pendekat/ oprit yang berfungsi:
1. Menyebarkan beban lalu-lintas di atasnya ketanah dasar
2. Melindungi tanah dasar dari rembesan air hujan
3. Faktor kenyamanan bagi pemakai jalan
Ada dua macam perkerasan yang biasa digunakan yaitu perkerasan kaku/ rigid
pavement dari beton dan perkerasan lentur/ flexible pavement dari campuran aspal beton
sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapis pondasinya.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 55
II.9 Perencanaan Bangunan Bawah
Bangunan bawah pada struktur jembatan seperti pangkal/ abutment, pilar/ peir dan
pondasi adalah berfungsi untuk menahan beban dari struktur atas serta mengadakan peralihan
beban tersebut ke tanah dasar. Biasanya bangunan bawah stukturnya bisa dari beton
bertulang, beton pratekan atau baja.
II.9.1 Pilar/ Peir
Pilar identik dengan abutment, perbedaannya hanya pada letak konstruksinya saja
yakni diantara dua abutment. Jadi pilar belum tentu ada pada suatu jembatan. Fungsi pilar
adalah menyalurkan gaya-gaya vertikal dan horisontal dari bangunan atas ke pondasi.
Pada jembatan melintasi sungai/ aliran air bentuk pilar dibuat bulat atau oval.
Menurut buku ajar “Perencanaan Jembatan” Ir.Bambang Pudjianto,MT dkk Tahun
2004, bentuk keseluruhan pilar dianjurkan kolom jika bangunan atasnya menggunakan
lantai beton bertulang, jika bangunan atasnya menggunakan material lain bentuk pilar
adalah rangka kaku bertingkat satu (single-stratum rigid-frame) sampai ketinggian 10,00
meter, bertingkat dua (double-stratum rigid-frame) untuk tinggi mencapai 25,00 meter,
dan bentuk I jika lebih dari 25,00 meter. Pilar terdiri dari bagian-bagian antara lain :
a. Kepala pilar (pierhead)
b. Kolom pilar
c. Pile cap
Bentuk umum pilar, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel II. 28 Jenis Pilar Tipikal
JENIS PILAR
TINGGI TIPIKAL (m)
0 10 20 30
PILAR BALOK CAP TIANG
SEDERHANA
- Dua baris tiang adalah umumnya
Minimal
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 56
JENIS PILAR
TINGGI TIPIKAL (m)
0 10 20 30
PILAR KOLOM TUNGGAL
- Dianjurkan kolom sirkulasi pada aliran
Arus
5
15
PILAR TEMBOK
- Ujung bundar dan alinemen tembok
sesuai arah aliran membantumengurangi
gaya aliran dan gerusan
lokal.
5
25
PILAR PORTAL SATU TINGKAT
(KOLOM GANDA ATAU MAJEMUK)
- Dianjurkan kolom sirkulasi pada
aliran arus.
- Pemisahan kolom dengan 2D atau
lebih membantu kelancaran aliran
arus
5
15
PILAR PORTAL SATU TINGKAT
15
25
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 57
JENIS PILAR
TINGGI TIPIKAL (m)
0 10 20 30
PILAR TEMBOK – PENAMPANG I
- Penampeng ini mempunyai
karakteristik tidak baik terhadap aliran
arus dan dianjurkan untuk
penggunaan di darat.
25
Sumber : BMS 1992
Dalam mendesain pilar dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Menentukan bentuk dan dimensi rencana penampang pilar serta mutu
beton serta tulangan yang diperlukan.
2. Menentukan pembebanan yang terjadi pada pilar :
a. Beban mati berupa rangka baja, lantai jembatan, trotoar, perkerasan
jembatan ( pavement), sandaran, dan air hujan
b. Beban hidup berupa beban merata dan garis serta beban di trotoar
c. Beban sekunder berupa beban gempa, rem dan traksi, koefisien kejut,
beban angin dan beban akibat aliran dan tumbukan benda–benda
hanyutan.
3. Menghitung momen, gaya normal dan gaya geser yang terjadi akibat
kombinasi dari beban – beban yang bekerja.
4. Mencari dimensi tulangan dan cek apakah pilar cukup memadai untuk
menahan gaya – gaya tersebut.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 58
II.9.2 Pangkal/ Abutment
Abutment/ pangkal menyalurkan gaya vertikal dan horisontal dari bangunan atas ke
pondasi dengan fungsi tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari timbunan
jalan pendekat ke bangunan atas jembatan.
Tiga jenis pangkal adalah :
1. Pangkal tembok penahan
Dinamakan demikian karena timbunan jalan tertahan dalam batas-batas pangkal
dengan tembok penahan yang didukung oleh pondasi.
2. Pangkal kolom “Spill-Through”.
Dinamakan demikian karena timbunan diijinkan berada dan melalui portal
pangkal yang sepenuhnya tertanam dalam timbunan. Portal terdiri dari balok
kepala dan tembok kepala yang didukung oleh rangkaian kolom-kolom pada
pondasi atau secara sederhana terdiri dari balok kepala yang didukung langsung
oleh tiang-tiang.
3. Pangkal tanah bertulang.
Ini adalah sistem paten yang memperkuat timbunan agar menjadi bagian pangkal.
Untuk lebih jelasnya, jenis pangkal/ Abutment dapat dilihat di bawah ini :
Tabel II.29 Jenis Pangkal Tipikal
JENIS PANGKAL
TINGGI PANGKAL (m)
0 10 20 30
Pangkal tembok penahan
gravitasi
3 4
Pangkal tembok penahan
kantilever
8
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 59
JENIS PANGKAL
TINGGI TIPIKAL (m)
0 10 20 30
Pangkal tembok penahan
kontrafort
6 8
Pangkal kolom Spill
Through
20
Pangkal balok cap tiang
sederhana
Pangkal tanah bertulang
5
15
Sumber : BMS 1992
Dalam hal ini perhitungan Abutment meliputi :
1. Menentukan bentuk dan dimensi rencana penampang abutment serta mutu beton
serta tulangan yang diperlukan.
2. Menentukan pembebanan yang terjadi pada abutment :
a. Beban mati berupa rangka baja, lantai jembatan, trotoar, perkerasan
jembatan (pavement), sandaran, dan air hujan.
b. Beban hidup berupa beban merata dan garis serta beban di trotoar.
20
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 60
c. Beban sekunder berupa beban gempa, tekanan tanah aktif, rem dan traksi,
koefisien kejut, beban angin dan beban akibat aliran dan tumbukan benda –
benda hanyutan.
3. Menghitung momen, gaya normal dan gaya geser yang terjadi akibat kombinasi
dari beban – beban yang bekerja.
4. Mencari dimensi tulangan dan cek apakah abutment cukup memadai untuk
menahan gaya – gaya tersebut.
5. Ditinjau juga kestabilan terhadap sliding dan bidang runtuh tanah.
6. Ditinjau juga terhadap settlement ( penurunan tanah ).
II.9.3 Pondasi
Pondasi menyalurkan beban-beban terpusat dari bangunan bawah kedalam tanah
pendukung dengan cara sedemikian rupa, sehingga hasil tegangan dan gerakan tanah
dapat dipikul oleh struktur keseluruhan.
Alternatif tipe pondasi menurut Christady. Hary, Teknik Pondasi 1, Erlangga,
Jakarta, 1996 yang dapat digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain:
1. Pondasi Telapak/ langsung
a. Termasuk pondasi dangkal (Dr/B<4)
Dr = Kedalaman alas pondasi
B = Lebar terkecil alas pondasi
Jenis pondasi ini digunakan apabila:
− Letak tanah keras relatif dangkal 0,60-2 m atau maksimal 5m.
− Kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2
− Untuk pondasi jembatan kedalaman alas pondasi terletak >3 m dibawah
dasar sungai/ tanah setempat dan bebas dari bahaya penggerusan
vertikal maupun horisontal.
b. Bentangan jembatan sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi profil
basah sungai.
c. Penggunaan pondasi langsung/ dangkal pada jembatan sama sekali tidak
disarankan pada sungai-sungai yang dapat diperkirakan perilakunya
(gerusan, benda-benda hanyutan) pada waktu banjir.
d. Pondasi pangkal jembatan/ abutment
− Aman terhadap geser dan guling (n>1,5)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 61
− H < tinggi kritis timbunan (Hcr)
Hcr = (Cu *Nc)/ γtimbunan
Dimana:
- Nilai Nc berkisar 5,5 -5,7
- Cu (kuat geser undrained) dari hasil sondir, direct shear test atau
triaxial test.
- Faktor aman diambil 1,5- 3,0
2. Pondasi Sumuran
a. Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras maksimal 15 m.
Daya dukung ijin tanah >3,0 kg/cm2 atau 4 ≤ Dr/B < 10.
b. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran
minimum berdiameter 80 cm (pekerja masih dapat masuk).
c. Usahakan digunakan pondasi sumuran berdiameter > 3 m untuk lebih
menjamin kemudahan mengambil tanah dan lebih mudah penanganannya
bila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan penurunan sumuran.
d. Tidak dianjurkan pelaksanaan penurunan sumuran dengan cara penggalian
terbuka karena akan merusak struktur tanah disekitar sumuran (gaya
gesekan tanah dengan sumuran menjadi hilang).
e. Pada pangkal jembatan perlu diperhitungkan terhadap bahaya penggerusan
dan tinggi kritis timbunan.
f. Untuk pondasi jembatan kedalaman alas pondasi terletak >4 m dibawah
dasar sungai/ tanah setempat dan bebas dari bahaya penggerusan vertikal
maupun horisontal.
3. Pondasi Bored Pile
Pondasi bored pile merupakan jenis pondasi tiang yang dicor di tempat,
yang sebelumnya dilakukan pengeboran dan penggalian. Sangat cocok
digunakan pada tempat-tempat yang padat oleh bangunan-bangunan, karena
tidak terlalu bising dan getarannya tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap bangunan di sekelilingnya.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 62
4. Pondasi Tiang Pancang
a. Pondasi tiang pancang, umumnya digunakan jika lapisan tanah keras /
lapisan pendukung beban berada jauh dari dasar sungai dan kedalamannya
8 - 40 m atau Dr/B >10.
b. Tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/ pile cap. Bentuk penampang tiang
dapat berbentuk lingkaran, segi empat, segi delapan, atau tak beraturan.
c. Jika dalam pemancangan terdapat tanah cukup keras atau lapisan dengan
nilai tahanan konus qc = 60- 80 kg/cm2, agar terjadi tanah cukup keras atau
besar perlu dilakukan penggalian dahulu (preboring).
Rumus daya dukung tiang tunggal:
A. Dengan data sondir
- Menurut Boegemann adalah:
5
( * )
3
( * ) Ο
P = A qc + JHP
ult
- Menurut Mayerhof 1956 adalah:
Pult = (qc*Ab)+(σs*As)
- Atau dengan cara umum :
Fk
P Kb qc A Ks JHP
ult
+ Ο
= * * * *
Dimana :
Pult = Daya dukung untuk tiang tunggal (kg)
A = Luas penampang tiang pancang (cm2) = Ab
qc = Nilai conus resistance (kg/cm2)
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat/ total friction (kg/cm)
O = Keliling tiang pancang (cm) = As
Fk = Faktor keamanan 2 - 2,5
Ks = 0,75
Kb = 0,5 – 0,75
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 63
σs = qc/200 < 1 untuk tiang pancang beton
B. Dengan data SPT
- Menurut Mayerhof 1956 adalah:
Pult = (40*Nb*Ab)+(0,2* N *As)
Dimana :
Pult = Daya dukung untuk tiang tunggal (kg)
Ab = Luas penampang dasar tiang (cm2)
Nb = Nilai N-SPT pada elevasi dasar tiang
N = Nilai N-SPT rata-rata
As = Luas selimut tiang (cm2)
Jarak aman antar tiang diambil 2,5d – 4,0d untuk menghindari
kemungkinan overlapping dari bulb pressure yang akan menekan tanah yang
ter-overlap sebesar 2 kali lipat. Bila punya grup tiang maka besarnya
kapasitas/ kemampuan besarnya grup perlu adanya pengurangan, karena
adanya overlapping tadi, maka timbul istilah yang disebut Effisiensi factor (E
= %) tiang pancang menurut formula converse laborre adalah :
[ ]
mn
E (n 1)m (m 1)n
90
1
− + −
= −
θ
%
Dimana:
s = Jarak antara tiang
m = Jumlah deret tiang
n = Jumlah tiang setiap deret
θ = arc tan (d/s) dalam derajad
Sehingga daya dukung tiang grup adalah :
Ptot = n*Pult*E
Dimana:
n = Banyaknya tiang
Pult = Daya dukung tiang tunggal (ton)
E = Faktor efisiensi (%)
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 64
Menurut BMS 1992 jenis pondasi yang dapat digunakan ditunjukkan
dalam tabel di bawah ini :
Tabel II.30 Dimensi Pondasi Tipikal dan Beban Rencana Keadaan Batas Ultimit
BUTIR
PONDASI
LANGSUNG
SUMURAN
TIANG PANCANG
Baja
Tiang
H
Baja
Tiang
Pipa
Tiang
Beton
Bertulang
Pracetak
Tiang
Beton
Pratekan
Pracetak
Diameter
nominal (mm)
- 3000
100*100
400*400
300 -
600
300 - 600 400 - 600
Kedalaman
maksimum
(m)
5 15 Tidak
terbatas
Tidak
terbatas
30 60
Kedalaman
optimum (m)
0,3 - 3 7 - 9 7 - 40 7 - 40 12 - 15 18 - 30
Beban
maksimum
ULS(kN)untuk
keadaan biasa
20000+ 20000+ 3750 3000 1300 13000
Variasi
optimum
beban
ULS(kN)
- -
500 -
1500
600 -
1500
500 -
1000
500 -
5000
Sumber BMS 1992
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )
LAPORAN TUGAS AKHIR
”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 65
II.9.4 Dinding Penahan Tanah/ Retaining Wall
Kondisi geologis sungai yang membelok tepat pada struktur jembatan menyebabkan
gerusan air menjadi lebih besar. Oleh karena itu diperlukan suatu struktur yang berfungsi
untuk melindungi struktur jembatan dari pengikisan akibat gerusan aliran air sungai.
Dinding penahan tanah mutlak dibangun pada bagian-bagian yang rentan dan rawan
terkena pengikisan .
Dinding penahan tanah juga direncanakan untuk mencegah bahaya keruntuhan tanah
yang curam ataupun lereng dan dibangun pada tempat-tempat yang stabilitas dan
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tersebut, serta untuk menahan tanah
timbunan dan menjaga stabilitas jalan pendekat/ oprit pada jembatan.
Data tanah yang diperlukan untuk keperluan perencanaan dinding penahan tanah
antara lain nilai kohesi tanah (c), sudut geser tanah (&), berat jenis tanah (γ) dan data soil
properties lainnya. Struktur dinding penahan tanah biasanya direncanakan dari bahan
batu kali dengan mempertimbangkan pada segi ekonomis tanpa mengesampingkan mutu
dan kekuatan dari bahan itu sendiri.
II.9.5 Drainase
Fungsi drainase adalah untuk membuat air hujan secepat mungkin dialirkan ke luar
dari jembatan, sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama, yang akan
mempercepat kerusakan pada struktur jembatan. Saluran drainase ditempatkan pada tepi
kanan dan kiri dari lantai jembatan.
II.10 Aspek Pendukung
Dalam perencanaan jembatan ini, diantara aspek pendukung yang harus diperhatikan
adalah pelaksanaan dan pemeliharan yaitu:
1. Baja sangat baik digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang
karena kekuatan lelehnya tinggi sehingga diperoleh dimensi profil yang
optimal.
2. Konstrtuksi baja yang digunakan merupakan hasil pabrikasi dengan standar
yang telah disesuaikan dengan bentang jembatan sehingga mempercepat
proses pelaksanaan dilapangan.
3. Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan yang
tidak terlalu sukar.
This document‐ is Undip Institutional Repository Collection. The author(s) or copyright owner(s) agree that UNDIP‐IR may, without
changing the content, translate the submission to any medium or format for the purpose of preservation. The author(s) or copyright
owner(s) also agree that UNDIP‐IR may keep more than one copy of this submission for purpose of security, back‐up and preservation:
( http://eprints.undip.ac.id )

1 komentar:

  1. bro, boleh share dokumennya dong.
    khalidhusnul@gmail.com
    mkasi bro

    BalasHapus